Sambil mengayunkan pisau berukuran sedang, seorang perempuan terlihat gesit memotong batu apung yang ada di hadapannya menjadi serpihan kecil. Matanya menatap layar sambil menyapa para warganet yang menontonnya bekerja.
Perempuan dengan nama akun Yullie Apunk itu memang memiliki profesi sebagai pemecah batu apung. Setiap karung batu yang berhasil dipecahkannya dihargai dengan nominal sebesar Rp2.000. Setiap hari, perempuan asal Lombok Timur itu berhasil memecah sebanyak 10 karung batu apung.
“Batu-batu ini nantinya digunakan untuk filter akuarium, bahan baku asbes, batu gosokan, bahan bata ringan, dan lainnya,” kata perempuan bernama Yuli itu.
Sejak dua bulan lalu, Yuli bekerja sambil live di akun media sosial, berharap mendapatkan penghasilan tambahan dari penonton yang berbaik hati memberikan hadiah kepadanya saat live.
Yuli merupakan potret perempuan di pedesaan yang mampu memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan perekonomiannya.
Saat ini, sebagian besar perempuan masih menghadapi tantangan yang tidak mudah dengan berbagai persoalan yang dihadapi. Mulai dari kekerasan, kesetaraan gender, akses pendidikan, ekonomi, hingga keterwakilan perempuan dalam pemerintahan.
