• Thu. Aug 7th, 2025

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

Tingkat Kecemasan Remaja Selama Proses Seleksi Masuk Perguruan Tinggi

ByNora listiawati

Jun 12, 2025

Masa transisi dari jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) menuju perguruan tinggi merupakan fase penting sekaligus menegangkan bagi banyak remaja. Proses seleksi masuk perguruan tinggi, baik melalui jalur undangan, ujian tulis berbasis komputer (UTBK), maupun seleksi mandiri, kerap menimbulkan tekanan psikologis yang besar. Bagi sebagian besar remaja, masa ini diwarnai dengan harapan tinggi, persaingan ketat, serta ketidakpastian yang menimbulkan tingkat kecemasan yang cukup tinggi.

Kecemasan yang dialami remaja umumnya dipicu oleh berbagai faktor. Pertama, adanya tekanan ekspektasi, baik dari diri sendiri, orang tua, maupun lingkungan sekitar. Banyak siswa merasa harus masuk ke perguruan tinggi tertentu demi membuktikan prestasi atau memenuhi harapan keluarga. Kedua, persaingan yang sangat ketat dan jumlah kursi yang terbatas di universitas favorit juga menambah tekanan mental. Ketiga, ketidakpastian hasil ujian serta perasaan kurang percaya diri juga menjadi penyebab umum kecemasan yang muncul. Dalam beberapa kasus, kecemasan ini berkembang menjadi stres berlebihan, sulit tidur, hingga menurunnya semangat belajar.

Selain itu, kecemasan selama proses seleksi sering diperparah oleh perbandingan sosial di media sosial. Remaja kerap membandingkan proses dan hasil orang lain dengan diri sendiri, terutama jika melihat teman-temannya sudah diterima di universitas tertentu lebih dulu. Hal ini bisa memicu rasa gagal, minder, dan putus asa, meskipun peluang masih terbuka. Apabila tidak dikelola dengan baik, kecemasan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan performa akademik siswa, bahkan memengaruhi hasil seleksi yang mereka jalani.

Namun demikian, tingkat kecemasan ini sebenarnya dapat dikurangi melalui berbagai pendekatan. Dukungan emosional dari keluarga dan guru sangat penting untuk membantu siswa tetap tenang dan percaya diri selama proses seleksi. Selain itu, sekolah dapat mengadakan kegiatan seperti bimbingan konseling, seminar motivasi, atau latihan soal rutin agar siswa merasa lebih siap secara mental dan akademik. Remaja juga perlu dilatih keterampilan manajemen stres, seperti teknik relaksasi, manajemen waktu, dan berpikir positif.