Di balik gaya hidup digital yang serba cepat, anak muda jadi kelompok yang paling aktif di media sosial — dan sekaligus paling rentan jadi korban hoaks.
Banyak informasi beredar dalam bentuk meme, video pendek, atau unggahan viral. Sayangnya, tak semuanya benar. Tanpa disadari, kita bisa ikut menyebarkan berita palsu, terutama jika kontennya menyentuh emosi, seperti marah, takut, atau sedih.
Hoaks bisa menyasar apa saja: kesehatan, politik, agama, bahkan gaya hidup. Efeknya bukan cuma misinformasi, tapi bisa membuat kita terpecah, saling membenci, dan mudah dikendalikan pihak yang punya kepentingan.
Sebagai generasi yang melek teknologi, anak muda justru harus jadi garda depan melawan hoaks. Caranya? Kritis, cek fakta, dan jangan mudah percaya hanya karena kontennya viral.
Kesimpulan
Anak muda bukan sekadar penonton informasi — tapi penentu arah kebenaran. Bijak bersosmed, karena klik dan share kita bisa berdampak besar.