Hari Daur Ulang Global yang diperingati setiap 18 Maret menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya daur ulang dalam menjaga lingkungan. Peringatan ini pertama kali digagas oleh Bureau of International Recycling (BIR) pada tahun 2018, dengan tujuan menyoroti peran vital industri daur ulang dalam pelestarian sumber daya alam dan pengurangan limbah global. Sejak saat itu, berbagai negara rutin mengadakan kampanye, edukasi publik, dan aksi bersih-bersih lingkungan dalam rangka memperingati hari ini.
Daur ulang memiliki kontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon dan menghemat energi. Menurut data dari Global Recycling Foundation, mendaur ulang satu ton kertas dapat menghemat 17 pohon, 26.000 liter air, dan 4.100 kWh energi listrik. Tak hanya itu, industri daur ulang juga menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mendukung ekonomi sirkular yang lebih berkelanjutan. Oleh karena itu, edukasi tentang pemilahan sampah dari rumah tangga menjadi langkah awal yang sangat krusial.
Sayangnya, tantangan dalam implementasi daur ulang masih cukup besar, terutama di negara berkembang. Kurangnya fasilitas pengolahan sampah, rendahnya kesadaran masyarakat, serta sistem logistik yang belum optimal membuat tingkat daur ulang masih rendah. Di Indonesia, misalnya, tingkat daur ulang sampah masih di bawah 15 persen, padahal volume sampah domestik terus meningkat tiap tahunnya.
Peringatan Hari Daur Ulang Global tahun ini diharapkan bisa menjadi titik balik dalam membangun komitmen kolektif terhadap pengelolaan sampah yang lebih baik. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan sistem daur ulang yang efisien. Dengan langkah-langkah konkret dari setiap individu, masa depan yang lebih hijau bukanlah hal yang mustahil.