https://pid.kepri.polri.go.id/
Taat Kepada Guru
- Patuh Dengan Perintah
Yang kedua, hendaknya mengikuti kepada gurunya dalam berbagai urusannya, dan tidak keluar dari pendapat maupun pengaturannya, akan tetapi keadaanya bersama guru seperti orang yang sakit bersama seorang dokter ahli, dia bermusyawarah terhadap apa yang akan dilakukan, berusaha mencari Ridhanya dalam sesuatu yang dikerjakannya, serta memuliakannya dengan berkhidmah kepadanya sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah
- Sikap Murid Terhadap Guru
Hendaknya mengetahui bahwa merendahkan diri untuk gurunya adalah sebuah kemuliaan, menundukkan diri untuknya adalah sebuah Adab Murid Terhadap Guru muka kebanggaan, dan tawadhu’ kepadanya adalah sebuah ketinggian derajat.
- Tawadhu Imam Syafi’i
Ada yang berkata bahwa suatu ketika Imam Syafi’I radhiyallahu ‘anhu dikritik karena sikap tawadhu’nya beliau dihadapan para ulama, maka beliau mengatakan: “Aku merendahkan diriku untuk mereka, lalu mereka memuliakan diriku tidak akan pernah seseorang dimuliakan yang tidak merendahkan dirinya”
- Kisah Ibnu Abbas RA dan Zaid Bin Tsabit RA
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan kemuliaan serta ketinggian martabatnya, Adab Murid Terhadap Guru, pernah memegang pijakan pelana Zaid bin Tsabit al-Anshari, dan berkata: “beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan ulama-ulama kita”
- Kisah Imam Ahmad dan Khalaf al-Ahmar
Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata kepada Khalaf al-Ahmar: “aku tidak duduk kecuali dihadapanmu, kami diperintahkan untuk bersikap tawadhu’ kepada orang yang kami timba ilmunya”
- Pesan Imam Ghazali
Imam Ghazali mengatakan: “ilmu tidak akan diraih kecuali dengan ketawadhu’an serta mendengarkan dengan baik”
- Mengikuti Arahan Guru
Dia berkata: “apapun yang diarahkan gurunya dalam pengajaran, maka hendaknya murid mengikutinya, dan meninggalkan pendapatnya pribadi, karena kesalahan mursyid (pembimbing) Adab Murid Terhadap Guru lebih bermanfaat baginya daripada kebenaran pada dirinya sendiri”.
Allah Ta’ala sudah mengingatkan hal tersebut dalam kisahnya Nabi Musa dan al-Khidhir dalam firmanNya: “sesungguhnya kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku” (QS. Al-Kahfi: 67).
Padahal dengan ketinggian martabat Nabi Musa dalam hal kerasulan serta keilmuan, namun alKhidhir memberikan syarat kepada Nabi Musa untuk diam. Al-Khidhir berkata: ‘Maka janganlah bertanya kepadaku sesuatu apapun sampai aku menerangkan kepadamu (QS. Al-Kahfi: 70)
Sumber : https://uinsgd.ac.id/
Penulis : Fredy Adi Pratama
Editor : Firman Edi
Publisher : Firman Edi