• Wed. Oct 9th, 2024

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

Fakta Sampah Plastik di Negara Indonesia

ByNora listiawati

Sep 25, 2022

kepri.polri.go.id Seiring kemajuan teknologi, industri lain mulai beralih ke plastik sebagai bahan baku produksinya. Saat ini, semakin banyak barang yang terbuat dari plastik. Sebut saja peralatan makan, alat elektronik, furnitur, dan fashion. Perkembangan ini secara drastis meningkatkan produksi plastik, sedangkan daur ulang plastik menjadi tidak efektif. Selain itu, banyak orang yang memilih untuk membakar sampah, termasuk plastik.

Saat ini ada lebih dari 150 juta ton plastik di perairan Dunia. Jumlah ini meningkat 8 juta ton lagi setiap tahunnya. Jika plastik masa lalu belum terurai dengan sempurna, bisa dibayangkan betapa menumpuknya ketika sampah baru terus bertambah setiap harinya. Padahal ada 5% plastik dapat di daur ulang secara efektif, namun faktanya di Indonesia sendiri belum menerapkan sistem daur ulang yang tepat terhadap sampah plastik.

Indonesia Peringkat Kedua Penyumbang Sampah Terbesar Di Dunia

Indonesia menjadi negara peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut di Dunia, berada satu posisi dibawah China sebagai peringkat pertamanya. Crup Penelitian Jambeck menerbitkan temuan mereka tentang sampah plastik di laut dalam jurnal yang berjudul Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean

 

Data ini mengesahkan bahwa Indonesia mendapat peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke lautam di Dunia. China menjadi negara penghasil sampah terbesar di lautan dengan 262,9 juta ton sampah. Diikuti Indonesia sebanyak 187,2 juta ton, Filiphina sebanyak 83,4 juta ton, Vietnam 55,9 juta ton, dan Sri Lanka sebanyak 14,6 juta ton sampah.

Di Indonesia ada lebih dari setengah atau sekitar 57% sampah di lautan Indonesia yang merupakan sampah plastik. Seperti yang kita tahu, plastik merupakan limbah yang sangat sulit terurai. Butuh sekitar 20-50 tahun untuk dapat terurai, sedangkan butuh 400 tahun untuk sampah dapat hancur di dalam air.

Dalam prosesnya sendiri, sampah hancur menjadi partikel-partikel kecil, menyebar di seantero perairan dan tanpa sadar dikonsumsi oleh hewan laut sehingga sampah tersebut perlahan membunuh makhluk hidup di lautan.

Fakta sampah plastik di lautan selanjutnya adalah bahwa partikel plastik (mikroplastik) bukanlah satu-satunya dampak negatif bagi biota laut. Dalam jangka panjang, manusia juga dapat terpengaruh. Hal ini terjadi karena masyarakat mengkonsumsi ikan dan hasil laut. Ikan / makhluk laut yang menelan mikroplastik menelan racun. Racun ini diteruskan kepada mereka yang memakannya.

Pengelolaan Sampah di Indonesia

Lantas bagaimanakah pengelolaan sampah sejauh ini di Indonesia ?

  1. 70,4% sampah ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di tahun 2019, da lebih dari 380 TPA di Indonesia, setidaknya ada 8.200 hektar yang sebagian akan atau sudah penuh oleh tumpukan sampah.
  2. Setidaknya 7,1% sampah didaur ulang dan dikompos. Untuk sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, dan kertas yang tidak dilapisi plastik dapat dikelola sebagai pupuk kompos. Dan untuk produk anorganik seperti kaca, logam, dan plastik dapat diproses menjadi produk lain yang bisa digunakan, namun harus dipastikan dahulu kebersihannya sebelum digunakan.
  3. Sekitar 5,1% sampah dibakar. Pembakaran sampah ini dilakukan dengan beberapa cara seperti insinerasi, pirolisis, dan gasifikasi. Namun dengan metode ini hanya akan menimbulkan masalah baru seperti hasil emisi yang tinggi sehingga dapat mengganggu lingkungan.
  4. Beberapa masyarakat masih memilih untuk mengubur sampah mereka. Ada sekitar 10,2% sampah yang dikuburkan. Yang harus jadi perhatian adalah tidak semua sampah dapat dikubur. Hanya sampah organik saja sehingga dapat menjadi kompos. Sedangkan jika sampah anorganik ikut dikubur, hal ini sapat merusak ekosistem tanah dan mengurangi kesuburan.
  5. Sebanyak 7,1% sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Ini artinya masih banyak sampah yang dapat dengan bebas mengganggu ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani dengan baik.( sumber .kompasiana.com/nissaseptia)

penulis : firman edi
editor : Nora Listiawati
publisher : Roy Dwi Oktaviandi