• Sat. Apr 19th, 2025

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

TIPS LIBURAN BERSAMA KELUARGA AGAR LEBIH BERKAH

ByNora listiawati

Oct 3, 2023

https://pid.kepri.polri.go.id/

Pertama-tama yang sebaiknya diingat, di balik kesibukan mencari nafkah dan bekerja, hendaklah seorang ayah menyediakan waktu berlibur dengan keluarganya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membenarkan apa yang disampaikan oleh Salman pada Abu Darda’ karena Salman melihat Abu Darda’ tidak memperhatikan istri dan keluarganya dengan baik (tidak ada waktu yang diberi untuk keluarga). Nasihat tersebut sebagai berikut,

‘’Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.” (HR. Bukhari, no. 1968). Artinya, kita diperintahkan untuk membagi waktu dengan bijak, yaitu waktu untuk beribadah kepada Allah, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk istirahat badan.

Wahai para ayah, sempatkanlah waktu berlibur bersama istri dan anak-anak. Kebersamaan bersama keluarga akan membangun kehangatan, komunikasi yang baik, bahkan akan mengurangi konflik dan kesalahpahaman yang selama ini terjadi.

  1. Sesuaikan isi dompet (jangan sampai berhutang).

Allah Ta’ala berfirman,

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya” (QS. Ath-Thalaq: 7).

Ayat ini mengajarkan agar memberi nafkah sesuai kemampuan. Maka berbelanja dan berlibur perhatikanlah kemampuan, bahasa lainnya adalah PERHATIKAN ISI DOMPET.

  1. Perhatikan waktu shalat, pilih liburan yang mudah untuk menjalankan ibadah shalat lima waktu.

Semoga dengan rutin menjaga shalat meskipun dalam keadaan safar dan berlibur, Allah menghapus dosa kita antara shalat yang satu dan shalat yang berikutnya.

Dari ‘Utsman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah seorang muslim memperbagus wudhunya, lantas ia mengerjakan shalat melainkan Allah mengampuni baginya dosa di antara shalat tersebut dan shalat berikutnya.” (HR. Bukhari, no. 160 dan Muslim, no. 227)

  1. Pelajari fikih safar.

Di antaranya yang mesti dipelajari:

  • kapan disebut safar, kapan disebut mukim sehingga boleh menjamak dan mengqashar shalat,
  • cara menjamak shalat, baik dengan jamak takdim dan jamak takhir,
  • cara mengqashar shalat,
  • cara bersuci baik dengan wudhu atau tayamum,
  • cara shalat di kendaraan, yaitu di bus, kapal, kereta, atau pesawat.
  1. Cari makanan yang halal.

Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya Allah itu thayyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thayyib (baik).” (HR. Muslim, no. 1015)

  1. Tetap memperhatikan aturan syariat, misalnya: jangan bermudah-mudahan membuka aurat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Dalam hadits disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim, no. 2128)

  1. Perhatikan teman yang membersamai saat berlibur, yaitu teman yang senantiasa mengajak untuk ibadah dan menjauhi maksiat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pada kita untuk mencari teman yang baik dengan membuat ibarat berteman dengan pemilik minyak wangi,

Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Teman yang shalih punya pengaruh untuk menguatkan iman dan terus istiqamah karena kita akan terpengaruh dengan kelakuan baiknya hingga semangat untuk beramal. Sebagaimana kata pepatah Arab,

“Sifat sahabat itu bisa saling mempengaruhi.”

  1. Manfaatkan waktu dengan baik. Walau bersafar, tetaplah menjaga dzikir pagi dan petang, serta amalan-amalan saleh lainnya.

Karena nikmat waktu akan ditanya,

Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu)”. (QS At Takaatsur: 8)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, kita banyak lalai ketika sehat dan punya waktu luang sebagaimana disebutkan dalam hadits,

Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih)

Para ulama mengatakan,

Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.

  1. Perhatikan waktu cuti, jangan sampai berlebih melebihi masa cuti karena seorang muslim hendaklah memenuhi perjanjiannya.

Allah Ta’ala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.” (QS. Al-Maidah: 1)

Dalam kaidah fikih disebutkan,“Kaum muslimin harus memenuhi syarat-syarat yang telah mereka sepakati kecuali syarat yang mengharamkan suatu yang halal atau menghalalkan suatu yang haram.”

  1. Banyak bersabar dan tahan emosi karena waktu liburan akan banyak berinteraksi dengan orang dengan berbagai macam karakter.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik daripada seorang mukmin yang tidak bergaul di tengah masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka.” (HR. Tirmidzi, no. 2507. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Sumber       : https://rumaysho.com/

Penulis         : Joni Kasim
Editor           : Firman Edi
Publisher     : Firman Edi