kepri.polri.go.id ketika berbicara tentang akal, itu adalah keistimewaan yang hanya dimiliki manusia tidak pada makhluk yang lain. Sehingga ada konsekuensi dari amanah kepemilikan tersebut. Dengan akalnya kedudukan manusia bisa menjadi mulia daripada malaikat. Sama halnya karena akalnya pula kedudukan manusia dapat menjadi lebih hina daripada binatang.
Realita hari ini kecanggihan teknologi ibarat pisau yang memiliki 2 mata sisi. Salah satunya menyajikan segudang manfaat, satu yang lain sebenarnya menjadi musibah bagi ummat manusia. Kemajuan zaman sekarang telah membuat manusia berada di zona nyaman bahkan sampai menikmati enggan keluar. Sehingga berimbas kepada akal yang tidak terasah kemudian mampu membentuk pribadi-pribadi malas berpikir. Generasi 4.0 yang telah berjalan menuju angka 5.0 adalah penikmat segala sesuatu yang instan.
Contoh sederhanya dahulu ketika bepergian dan tidak tahu arah jalan, orang akan turun dari kendaraan dan bertanya kepada orang lain perihal alamat tujuan. Sangat berbeda dengan masa kini, manusia sudah mendapatkan kemudahan saat bepergian bisa menggunakan goggle maps sebagai penunjuk jalan.
Oleh karenanya dalam menghadapi perkembangan arus teknologi dan informasi yang sangat pesat. Islam tetap memberikan rambu akan tanggung jawab manusia sebagai si empu pemilik akal. Terbukti dari mustholahat yang dimiliki Islam adalah Aqil Baligh. Dimana ketika sudah mencapai tanda-tanda dari baligh, terkandung juga untuk menjadi aqil. Secara bahasa kata aqil berasal dari bahasa arab yang bunyinya ‘aqola artinya berpikir. Maknanya seseorang sudah harus mampu menggunakan akalnya dalam menjalankan syariat-syariat Allah.
Dalam kitab Bidayah Wa Nihayah karya Ibnu Katsir menceritakan, dahulu sudah terdapat makhluk yang Allah Ta’ala ciptakan bentuknya mirip dengan manusia. Akan tetapi pekerjaannya adalah menumpahkan darah. Dan ketika Allah Ta’ala hendak menciptakan Nabi Adam ‘alaihi salam, malaikat mengingatkan perihal kerusakan itu. Dari sini diambil ibrah kalau malaikat hanya bisa mengingat.
Kemudian Allah Ta’ala Yang Maha Berkuasa memberitahu bahwa potensi yang dimiliki manusia nantinya ada 2,
Merusak Bumi Memakmurkan Bumi Siapa yang Menderita Diabetes Baca Segera sebelum Dihapus
Recommended by
Tentunya dalam mewujudkan aktivitas yang mulia (memakmurkan bumi) manusia dibekali akal, dan juga tanggung jawab berpikir dengan akalnya.
Manusia lebih unggul perihal berpikir dari makhluk apapun termasuk jin, meskipun keduanya sama-sama dibebani syariat. Terbukti catatan sejarah dahulu pada kisah Nabi Sulaiman ‘alaihi salam saat ingin memindahkan kursi kerajaan Ratu Balqis. Beliau ‘alaihi salam mendapatkan 2 tawaran dari bangsa jin dan dari manusia. Dan yang berhasil menjalankan peran untuk tugas tersebut adalah bangsa manusia. Seorang ‘alim yang memindahkan tempat duduk ratu saba’ itu secepat sebelum Nabi ‘alaihi salam berkedip.
Paparan di atas semakin menjelaskan kalau tanggung jawab berpikir dimiliki manusia, karena potensi akal yang ada pada dirinya.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana kolerasi berpikir dengan logika dan keimanan? Maka Islam hadir agar cara berpikir manusia bersifat paling rasional. Gambaran sederhana yang saya tangkap dalam tema ini contohnya adanya perbedaan pandangan saat terjadi peristiwa gerhana,
Orang awam meyakini kejadian itu adalah keluarnya buto ijo Orang primitif di negara Amerika meyakini sebagai ajang waktu yang pas untuk mengumpulkan tumbalOrang modern meyakini teori gerhana berdasarkan ilmu sains dan melupakan kalau itu terjadi karena kuasa Allah Ta’ala
Orang Islam: tetap menggunakan teori yang ada, namun hakikatnya agama Islam telah membawa cara berpikir paling rasional. Gambarannya tetap meyakini jika gerhana itu adalah bentuk dari kuasa Allah Ta’ala
Sehingga tanggung jawab pendidikan berpikir layaknya ada pada setiap diri manusia tanpa terkecuali. Karena akal adalah anugrah yang berharga. Hasil penelitian mengatakan jaringan akal lebih rumit dari jaringan-jaringan komputerr, telepon dll. Kalau toh jaringan akal manusia diletakkan pada benda, membutuhkan yang sebesar bola dunia. Tapi dengan kuasa Allah Ta’ala sedemikian rupa hanya dimasukkan kedalam tempurung kepala.( sumber www.kompasiana.com/fini12336/)
penulis : firman edi
editor : Nora Listiawati
publisher : Roy Dwi Oktaviandi