• Mon. Oct 7th, 2024

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

Strategi Penguatan Karaktrer Anak Melalui Segitiga Restitusi

ByNora listiawati

Sep 12, 2022

kepri.polri.go.id Memunculkan disiplin pada anak zaman dulu pastilah dikaitkan dengan pemberian hukuman pada anak, akan tetapi pada masa saat ini. Memunculkan disiplin pada diri anak, seharusnya tidak dengan hukuman.

 

Kenapa demikian ?

karena banyak faktor yang akan dapat terjadi karena adanya hukuman tersebut. Pemberian hukuman merupakan salah satu motivasi eksternal yang termasuk motivasi identitas gagal. Hal itu merupakan salah satu perilaku kontrol yang negatif pemberian hukuman itu bisa diwujudkan seperti menghardik ,menunjuk-nunjuk, menyakiti ataupun menyindir seorang anak. Hukuman itu akan menghasilkan rasa pemberontak dendam dan menyalahkan orang lain serta akan muncul sikap rasa tidak peduli pada diri seorang anak

Membuat anak merasa bersalah merupakan salah satu motivasi ekternal dan termasuk motivasi untuk identitas gagal prailaku ini termasuk kontrol yang negatif. Membuat mersa bersalah yaitu guru menempatkan diri dengan memberikan ceramah menunjukkan kekecewaan yang mendalam kemudian sehingga akan memunculkan rasa menyembunyikan dan menyangkal kebohongan. Sehingga akan memunculkan rasa bersalah anak dan mengucapkan Minta maaf.

jika guru saat menghadapi sebuah permasalahan karena ingin memunculkan disiplin. Kemudian motivasi identitas sukses prilaku kontrol yang positif yaitu guru sebagai teman merupakan salah satu posiis kontrol yang juga belum mampu memunculkan nilai intrinsik anak. Guru akan membuatkan alasan-alasan untuk muridnya dengan memberikan alasan-alasan tersebut akhirnya anak akan mempunyai rasa ketergantungan dari guru misalkan

“Ya sudah nanti, Ibu bantu membersihkannya. “‘

“‘Tolong lakukanlah demi Ibu.”‘

Siapa yang Menderita Diabetes Baca Segera sebelum Dihapus

Kalimat tersebut akan menghasilkan ketergantungan seorang murid kepada gurunya dan hal itu menjadikan murid berpikir bahwa gurunya itu adalah temannya akhirnya nilai-nilai Menghormati Guru pun akan berkurang

Jika guru melakukan cara mendisiplinkan anak melalui identitas sukses yaitu memberikan kontrol positif guru sebagai seorang teman Maka hal itu tidak akan mampu menjadikan karakter anak menjadi kuat.

Jika guru menempatkan diri sebagai pemantau, maka yang akan dihasilkan murid akan menyesuaikan diri jika diawasi saja namun jika tidak diawasi dia akan melakukan kegiatan yang tidak disiplin misalkan

“‘ saya akan dapat berapa bintang kalau melakukan hal tersebut?”‘

“‘ jika sudah melakukan hal tersebut, saya akan mendapatkan apa?”‘

Jadi mereka akan ketergantungan dengan guru karena jika diawasi dia menginginkan sebuah hadiah

Terakhir merupakan motivasi posisi kontrol restitusi yaitu memunculkan motivasi intrinsik dengan kontrol diri dan menempatkan guru sebagai menempatkan diri guru sebagai manajer.

Apa yang harus guru lakukan untuk memunculkan disiplin pada anak?

Yang dilakukan guru adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan pertanyaan itu disesuaikan dengan segitiga restitusi tentunya dengan demikian akan membuahkan hasil yaitu menguatkan watak atau karakter anak seperti karakter yang kita harapkan adalah pelajar Pancasila

Segitiga restitusi merupakan salah satu tuntunan yang harus kita lakukan agar mampu memunculkan disiplin anak melalui budaya positif dengan menggunakan motivasi yang muncul dari diri sendiri atau lebih dikenal motivasi intrinsik

Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang kuat segitiga restitusi itu dibagi menjadi 3 yang yaitu:

 

Pertama

Yaitu menstabilkan identitas, gunanya menstabilkan identitas adalah mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan .Menjadi orang yang sukses anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan nah

Pada segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas di sini, kita menjadikan anak akan lebih mampu emosinya terkendali dengan normal tujuan awal yaitu menenangkan hati anak agar anak tidak terus berfokus pada kesalahannya. Tentu akan sulit, bila anak berbuat salah terus berfokus pada kesalahan.

 

Ada tiga alasan antara lain:

1. Rasa bersalah akan mampu menguras energi pada diri anak rasa bersalah membutuhkan energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk mencari penyelesaian masalah.

2. Ketika kita merasa bersalah kita mengalami identitas gagal dalam kondisi ini orang akan cenderung untuk menyalahkan orang lain. Nah untuk itu kita perlu menstabilkan identitas.

3. Persaan bersalah menjaikan kita terperangkap pada masalalu dimana kita tidak bisa berbuat apap-apa lagi.

Setelah kita mampu menstabilkan identitas kita mulai mengadakan validasi .Tindakan salah Setiap tindakan kita yang kita lakukan itu mempunyai tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia kalau kita memahami kebutuhan dasar Apa yang mendasari sebuah tindakan kita akan mampu menemukan ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu

-kebutuhan untuk bertahan hidup

-kebebasan

-kasih sayang rasa diterima

-penguasaan

-kesenangan

Sebuah pelanggaran aturan seringkali mampu memenuhi kebutuhan anak akan penguasaan akan tetapi hal itu juga berbenturan dengan kebutuhan dasar yang lain yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima. Kalau kita tolak anak yang sedang berbuat salah, dia akan tetap menjadi masalah dan menjadi bagian dari masalah. Namun bila kita memahami alasannya melakukan sesuatu maka dia akan merasa dipahami. Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol menyatakan bahwa resep itu tidak manjur, mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada. Namun sebetulnya restitusi tidak menyarankan guru bicara kepada murid bahwa melanggar aturan adalah sikap yang baik tetapi dengan adanya restitusi guru memahami alasan. Setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Tidak ada manusia yang tidak pernah bersalah pasti punya alasan yang menjadikan seseorang melakukan kesalahan dan guru berusaha memahami, kenapa anak melakukan kesalahan. Dengan demikian anak akan merasa dipahami hal itu menunjukkan bahwa guru memahami alasan dibalik tindakan yang dilakukan oleh guru oleh murid tersebut cara yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

Yang ketiga

Yaitu menanyakan tentang keyakinan kelas teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal karena identitas sukses telah tercapai dengan tingkah laku yang salah yang telah divalidasi maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dipercaya dan berpindah menjadi orang yang diinginkan. Pentingnya untuk menanyakan ke anak tentang kehidupan seperti apa yang nantinya mereka inginkan.

“‘ Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses?”‘

“‘Bertanggung jawab?

ataupun “‘Bisa dipercaya?”‘

“‘Akan tetapi mereka tidak tahu tentang caranya?”‘ sedangkan guru sebagai seorang penuntun hendaknya memberikan tuntunan kepada anak menunjukkan arah kepada anak. Membantu anak, agar anak akan lebih fokus terhadap gambar diri untuk menuju kesuksesan yang diharapkan oleh seorang . Sehingga anak akan mampu mendapatkan gambaran yang jelas tentang orang Seperti apakah yang mereka inginkan, dengan demikian melalui segitiga restitusi akan mampu memunculkan motivasi intrinsik yang ada pada diri anak . Mempunyai tujuan yaitu menguatkan watak ataupun karakter anak sehingga anak akan mampu menjadi orang yang lebih baik, yang sebelumnya anak itu merasa dirinya gagal menjadi sebuah kesuksesan dan kesuksesan dan hendaknya sesuai dengan profil pelajar Pancasila.(sumber kompasiana.com/erwinpujiana)
penulis : firman edi
editor : Nora Listiawati
publisher : Roy Dwi Oktaviandi