Pada Kamis, 10 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan. Data dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan bahwa rupiah ditutup pada level Rp16.779 per dolar AS, menguat 0,96% dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp16.943 per dolar AS . Sementara itu, data dari Refinitiv mencatatkan rupiah ditutup pada posisi Rp16.795 per dolar AS, menguat 0,39% dari sebelumnya .
Penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh sentimen positif dari pasar global, khususnya keputusan Presiden AS, Donald Trump, yang menunda penerapan tarif impor selama 90 hari ke depan untuk sebagian besar negara, kecuali China. Keputusan ini memberikan harapan bahwa ketegangan perdagangan internasional dapat mereda, sehingga meningkatkan minat investor terhadap aset-aset di negara berkembang, termasuk Indonesia .
Meskipun terjadi penguatan harian, Bank Indonesia (BI) tetap waspada terhadap potensi ketidakpastian yang dapat mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah. Sejak awal tahun 2025, rupiah telah terdepresiasi sekitar 3,84% terhadap dolar AS, menunjukkan bahwa meskipun ada penguatan jangka pendek, tren jangka panjang masih menunjukkan tekanan .
Dalam menghadapi dinamika pasar yang fluktuatif, BI terus melakukan intervensi pasar melalui operasi moneter, termasuk lelang transaksi Non-Deliverable Forward (DNDF), untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memitigasi dampak dari faktor eksternal dan menjaga kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia .