pid.kepri.polri.go.id Peran Polri Dalam Penumpasan PKI di Madiun Setelah PKI mengumumkan berdirinya pemeirntahan soviet Republik Indonesia tanggal 18 September 1948. Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa gerakan PKI Muso di Madiun adalah tidak sah dan harus di tumpas. Dalam realisasi penumpasan PKI, kota Madiun akan di serang dari arah Barat dan dari arah Timur secara serentak.
Sebagai reaksi dari perintah tersebut maka Kepala Polisi Komisariat Jakarta Timur memerintahkan Komandan Mobile Brigade Besar Jawa Timur Komisaris Polisi I Mochamad Jasi membentuk 1 batalyon penumpasan pemberontakan PKI Madiun.
Segala sesuatu yang berkembang dengan oprasi tersebut di koordinasikan dengan Gubernur Militer jawa timur sebagai komandan oprasi di jawa timur, dalam waktu relatif singkat kommandan MBB Jawa Timur dengan wakilnya KP II Soejiptoo Joedo dihardjjo meneruskan pasukan untuk melakukan penumpasan PKI di Madiun dan sekitarnya.
Sekalipun madiun berhasil dikuasi pasukan brigade maupun operasii pasukan brigade berlanjut karena tentara mereka masih ada yang berhasil meloloskan diri dan langsung berjalan kearah selatan. Sasaran yang diduduki adalah Ponorogo. Disitulah tentara merah mulai melakukan aksinya untuk melakukan penangkapan dan penculikan terhadap rakyat yang mendukung Pemerintah RI.
Dalam pengejaran diluar kota Ponorogo Muso berhasil di tembak mati di desa Semanding pada tanggal 31 Okktober 1948.Dengan ditembaknya tokoh—tokoh PKI yang terlibat dalam pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948,, semua pasukan Polisi dialiihkan untuk melawan serangan – serangan Belanda. Karena peranan dari pasukan Mobile Brigade Jawa Timur Cukup Besar di dalam menumpas pemberonakan Pki di Madiun dan sekitarnya. Panglima besar Sudirman memberikan penghargaan atas jasa-jasanya kepada kesatuan tersebut
Peranan Polri Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 Di Yoggyakarta
Pasukan Mobrig di Yogyakarta yang terlibat langsung dalam serangan Umum 1 Maret 1949 adalah pasukan Mobrig di Yogyakarta kelompok II di bawah pimpinan PIP II M. Ayatimman. Ditambah 1 regu (dulu brigade) dibawah pimpinan m. Sar jono dari pasukan kelopok II.
Dalam penyerangan sesuai dengan perintah, sebagai tanda pengenal guna memuddahhkan membedakan antara kawan dengan lawan maka semua anggota diharuskan memakai Janur Kuning, dipakai di bagian badan seperti di kepala, dilengan dan sebagainya. Yang mudah kelihatan.
Serangan umum Yogyakarta menghasilkan lebih dari yang diharapka. Pasukan gerilya RI dapat menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam.
Hasiil yang dicapai dari serangan umum itu bersipat ganda baik dibidang politik, psiikologi maupun militer.
1) Aspek Politis
Dapat mengungkapkan kebohongan Belanda di Forum Internasional PBB dan mengembangkan kepercayaan dan simpati dunia International terhadap Indonesia.
2) Aspek Psikologis
Berhasilnya serangan umum terhadap yogyakarta. Ibu kota RI yang merupakan Barometer perjuangan rakyat Indonesia, telah memberi dorongan kepada daerah—daerah untuk memperhebat perlawanan mereka terhadap musuh.
3) Aspek Militer
Ternyata senjata yang paling ampuh untuk mencapai sukses tidak dapat di laksanakan yaitu kerahasiaan dan pendadakan sehingga pasukan musuh tidak.
Penulis : Juliadi Warman
Editor : Nora Listiawati
Publish : Fallas Fictoven