pid.kepri.polri.go.id- Dalam gaya hidup minimalis, orang disarankan menjalani hidup dengan sesedikit mungkin materi atau barang-barang. Bahkan, gaya hidup minimalis bisa melawan risiko seseorang jatuh depresi.
Konsep ini berangkat dari pemikiran toxic bahwa seberapa banyak pun barang yang dibeli atau dimiliki, tak akan ada rasa cukup. Sebaliknya, ketika mulai menjalani gaya hidup minimalis maka hidup akan terasa lebih bermakna dan tidak terlalu banyak hal tak penting memenuhi pikiran.
Manfaat menjalani gaya hidup minimalis
Setiap orang pada dasarnya bersifat materialistis, punya kecenderungan suka membeli dan memiliki barang tertentu. Ini tidak buruk, bergantung pada motif apa di balik keinginannya. Dikutip dari tanamduit.com, Lebih jauh lagi, gaya hidup minimalis bisa membawa banyak manfaat seperti:
Menghemat energi
Ketika seseorang tinggal dengan begitu banyak kepemilikan materi, artinya energi yang dialokasikan untuk merawatnya pun tidak sedikit. Bandingkan saja seorang minimalis yang hanya memiliki total 33 benda di lemari, pasti hidupnya terasa lebih lowong ketimbang yang memiliki ratusan barang.Perlu ada energi khusus untuk menyimpan, menata, mencuci, menyetrika, bahkan ketika mendelegasikan tugas itu pada orang lain seperti ART atau jasa laundry, tetap saja ada sumber daya yang harus dikeluarkan berupa uang.
Pikiran lebih fokus
Memiliki terlalu banyak barang di sekitar juga membuat pikiran semakin sibuk. Pada akhirnya, hal ini mengakibatkan seseorang mudah terdistraksi dan sulit fokus. Ibaratnya, pikirannya sulit merasa damai. Rasa damai ini tak hanya bisa dicapai dengan meditasi saja, tapi juga dengan menerapkan gaya hidup minimalis.
Mencegah depresi
Meski tak terlihat secara langsung korelasinya, rupanya gaya hidup minimalis bisa mencegah seseorang mengalami depresi. Memiliki terlalu banyak materi hanya akan membuat seseorang kewalahan atau overwhelmed. Ketika seseorang tidak lagi memiliki terlalu banyak barang, pikirannya akan terasa lebih lowong dan tenang. Rasa ini begitu magis.
Mengurangi rasa bersalah
Kondisi rumah atau kamar yang berantakan karena terlalu banyak barang akan membuat seseorang merasa bersalah. Rasa ini muncul karena seharusnya yang dilakukan adalah merapikan atau membereskannya, bukan hanya mendiamkannya begitu saja.Perlu diingat, rasa bersalah adalah bentuk emosi negatif. Bahkan, rasa bersalah ini dengan mudah bisa memicu cemas berlebih hingga depresi jika dibiarkan dalam jangka panjang.
sumber : www.tanaduit.com
Penulis : Fredya A.P
Editor :Firman Edi
Publisher : Fredy A.P.