• Tue. Apr 29th, 2025

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

MENGENAL APA ITU STUNTING (BAG 2)

ByNora listiawati

Aug 9, 2023

Pid.kepri.polri.go.id-Apakah Semua Balita Pendek Pasti Stunting?

Menurut Kementerian Kesehatan RI, tidak semua balita pendek itu masuk ke dalam kategori stunting. Sebab, tubuh yang pendek juga bisa dikarenakan faktor genetik atau mengalami gangguan hormon pertumbuhan. Namun, anak yang stunting sudah pasti pendek.

Stunting adalah kondisi ketika anak mengalami keterhambatan pertumbuhan, sehingga masalah yang dialaminya tidak hanya soal pendek tetapi juga kekurangan gizi.

Anak stunting bisa mengalami pertumbuhan otak yang tidak maksimal, sehingga tidak bisa mengalami perkembangan sehat selayaknya anak seusianya. Pun, anak dengan stunting berisiko mengalami gangguan kesehatan lain. Contohnya seperti diabetes dan gangguan jantung.

Diagnosis Stunting

Sebelum mendiagnosis stunting, dokter akan bertanya seputar jenis makanan yang diberikan pada Si Kecil, riwayat pemberian ASI, kondisi kesehatan selama hamil maupun pasca melahirkan, sampai lingkungan di sekitar tempat tinggal.

Hal ini penting dokter ketahui karena stunting bisa terjadi akibat banyak faktor, mulai dari pola makan yang tidak tepat, kondisi ibu selama kehamilan sampai sanitasi di area tempat tinggal.

Kemudian, dokter melanjutkannya dengan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda stunting pada anak. Caranya dengan mengukur berat dan tinggi badan, lingkar kepala, serta lingkar lengan.

Jika tinggi badan berada di bawah garis merah kurva pertumbuhan yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ini bisa mengindikasikan adanya stunting. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan penunjang seperti berikut ini untuk memastikan diagnosis :

  • Tes darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi gangguan kesehatan, seperti TBC, infeksi kronis atau anemia
  • Tes urine. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi sel darah putih di dalam urine yang bisa menjadi tanda infeksi.
  • Pemeriksaan feses. Ini dilakukan guna memeriksa infeksi parasit atau intoleransi laktosa.
  • Ekokardiografi atau USG jantung. Tindakan ini bisa mendeteksi penyakit jantung bawaan pada bayi.
  • Foto Rontgen Dada. Fungsinya untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru.
  • Tes Mantoux. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis penyakit TBC yang bisa menyebabkan stunting pada anak.

Pengobatan Stunting

Pengobatan stunting dilakukan sesuai dengan penyebab yang mendasari. Berikut tindakan untuk menangani stunting:

  • Pemberian obat-obatan anti tuberkulosis jika anak mengidap TBC.
  • Melakukan terapi awal seperti pemberian makanan bernutrisi dan bergizi.
  • Memberikan nutrisi tambahan, termasuk protein hewani, lemak dan kalori.
  • Pemberian suplemen, termasuk vitamin A, zinc, zat besi, kalsium dan yodium
  • Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
  • Memberikan imunisasi dasar dan tambahan untuk membangun sistem imun tubuh, sehingga terhindar dari berbagai penyakit.

Program untuk Mencegah Stunting

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting, di antaranya:

1. Masa kehamilan

Pencegahan stunting pada masa kehamilan bisa dilakukan dengan beberapa cara. Pemeriksaan kehamilan secara berkala, mengonsumsi makanan tinggi kalori, protein dan mikronutrien selama kehamilan, melakukan pemeriksaan guna mendeteksi penyakit, dan menjalani proses persalinan di fasilitas kesehatan.

Seperti apa nutrisi penting yang direkomendasikan untuk bumil? Baca selengkapnya di 5 Nutrisi Penting yang Paling Dibutuhkan saat Hamil.

2. Masa balita

Pada program pencegahan stunting di usia balita bisa dimulai dari pemantauan kesehatan pada 1.000 hari pertama kehidupan bayi. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh di awal kehidupannya.

Lalu, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita serta menstimulasi perkembangan anak sejak dini. Di samping itu, penting juga untuk melakukan imunisasi yang diterapkan oleh pemerintah, agar anak terlindungi dari berbagai penyakit.

3. Fase remaja putri

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dalam “Anemia pada Remaja Putri Berisiko Tingkatkan Stunting”, remaja yang mengidap anemia berpeluang menderita anemia saat hamil (setelah menikah). Jika tidak ditangani maka berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan, bayi berat badan rendah, dan akhirnya melahirkan bayi stunting.

Pemberian makanan bergizi yang kaya zat besi, vitamin B12, dan asam folat sangat penting untuk mengatasi anemia dan mencegah stunting. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan penanganan medis yang sesuai. Tujuannya untuk mengidentifikasi dan mengatasi anemia pada remaja secara dini.

4. Gaya hidup sehat

Gaya hidup sehat memiliki peran yang penting dalam mencegah stunting pada anak-anak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah menerapkan pola makan seimbang untuk ibu dan anak, pemberian vaksinasi yang rutin dan cek kesehatan, serta membiasakan aktivitas fisik. Ketahui aturan vaksin anak di artikel Ibu, Kenali Jenis dan Jadwal Vaksin Anak.

5. Pemberian makanan tambahan di usia 6 – 24 bulan

Makanan tambahan yang diberikan diutamakan berbasis protein hewani. Ikan, ayam, daging, dan susu baik untuk memperbaiki kondisi stunting pada anak.

6. Edukasi mengenai pernikahan dan mencegah pernikahan dini

Pernikahan dini bisa memicu terjadinya stunting. Mengapa begitu? Sebab, pernikahan dini bisa berdampak pada kesehatan ibu yang pada akhirnya menyebabkan kehamilan berisiko.

Ibu berusia 18 tahun ke bawah memiliki pemahaman yang kurang terkait kesehatan reproduksi dan pengasuhan anak. Sehingga kondisi ini berisiko terhadap stunting pada anak.

7. Konseling gizi

Program konseling gizi biasanya dilakukan di puskesmas dan rumah sakit daerah. Program ini sebagai bentuk pembekalan pengetahuan mengenai gizi yang sehat untuk keluarga. Ini termasuk peningkatan akses kesehatan bumil dan menyusui serta penyediaan makanan sehat untuk bumil, balita, dan anak sekolah.

Komplikasi Stunting

Komplikasi stunting yang tidak segera mendapat penanganan bisa memicu munculnya beberapa kondisi, seperti:

  • Gangguan perkembangan otak.
  • Penyakit metabolik, seperti obesitas dan diabetes.
  • Anak rentan mengalami penyakit dan infeksi.

Kapan Harus ke Dokter?

Orang tua perlu segera memeriksakan Si Kecil ke dokter jika tinggi badannya tampak lebih pendek ketimbang anak seusianya. Bagi anak di bawah 2 tahun, pemeriksaan harus dilakukan 1-2 bulan sekali. Sementara anak di atas 2 tahun, pemeriksaan bisa dilakukan 1 tahun sekali.

 

 

 

Sumber                 : https://www.halodoc.com/kesehatan/stunting

Penulis                 : Joni Kasim

Editor                    : Firman Edi

Publish                 : Nora