Pid.kepri.polri.go.id– Menurut WHO (World Health Organization) stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat infeksi berulang dan kekurangan gizi kronis. Kondisi ini ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar. Secara medis, stunting terjadi ketika tinggi badan anak berada di bawah kurva pertumbuhan yang seharusnya.
Ada sederet faktor yang bisa meningkatkan risiko stunting, yang paling sering adalah tidak terpenuhinya asupan gizi dalam jangka panjang. Tak sedikit orang yang menganggap anak yang bertubuh pendek disebabkan karena faktor genetik. Pada kenyataannya, genetika hanya menyumbang sebagian kecil untuk kondisi kesehatan anak.
Meski begitu, anak yang bertubuh pendek belum tentu mengalami stunting. Itu sebabnya, para orang tua perlu mengetahui ciri anak stunting dan yang tidak.
Penyebab Stunting
. Ibu hamil kekurangan asupan gizi
Melansir dari WHO (World Health Organization), sekitar 20 persen stunting sudah terjadi saat bayi berada dalam kandungan. Pemicunya adalah asupan gizi yang tidak memadai.
Kurangnya asupan gizi ini bisa membuat ibu hamil mengalami anemia defisiensi zat besi. Akibatnya, kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan janin. Apa saja jenis vitamin yang direkomendasikan untuk kesehatan bumil? Baca informasinya di artikel Inilah 4 Vitamin Penting yang Dibutuhkan Ibu Hamil.
2. Pola makan tidak seimbang
Pola makan yang tidak seimbang, seperti kurangnya konsumsi sayuran, buah-buahan, dan sumber protein, dapat menyebabkan anak kekurangan nutrisi penting untuk mencapai pertumbuhan optimal.
Hal ini diungkapkan dalam jurnal ilmiah berjudul Risk Factors of Stunting in Children Aged 1-5 Years at Wire Primary Health Care, Tuban Regency, East Java yang dipublikasikan di Journal of Maternal and Child Health. Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan kalau faktor genetik yang meliputi tinggi badan ibu dan ayah, serta konsumsi ikan dapat berpengaruh pada risiko stunting.
3. Perawatan yang tidak memadai usai melahirkan
Bukan hanya bayinya saja, ibu juga butuh perawatan yang memadai pasca melahirkan. Tujuannya agar ibu bisa memberikan ASI yang memadai untuk Si Kecil. Ingat, ASI sangat penting untuk 1.000 hari pertama bayi karena bisa memperkuat imunitasnya.
Kurangnya perawatan pasca melahirkan bisa membuat ibu kelelahan kronis, mengalami sindrom baby blues bahkan depresi pasca melahirkan.
4. Gizi anak yang tidak terpenuhi
Anak perlu mendapatkan nutrisi yang cukup pada 2 tahun pertama kehidupannya. Sebab, kurangnya asupan nutrisi seperti protein, zinc (seng) dan zat besi menjadi faktor utama penyebab terhambatnya pertumbuhan fisik anak.
Tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi anak biasanya disebabkan oleh posisi menyusui yang tidak tepat, tidak mendapatkan ASI eksklusif, pola makan yang buruk hingga makanan pendamping ASI yang kurang berkualitas.
5. Pola asuh orang tua
Pola asuh nyatanya sangat berperan dalam tumbuh kembang anak. Nah, pola asuh yang kurang efektif bahkan bisa melatarbelakangi terjadinya stunting. Pasalnya, hal ini berkaitan erat dengan praktik pemberian makanan kepada anak. Ketika orang tua tidak memperhatikan asupan gizi yang Si Kecil butuhkan, risiko stunting tidak bisa kamu hindari.
6. Infeksi berulang
Anak yang memiliki imunitas lemah cenderung mudah sakit. Nah, infeksi yang berulang-ulang ini lambat laun bisa menghambat proses pertumbuhannya hingga berujung stunting.
7. Sanitasi yang kurang baik
Keterbatasan akses untuk air bersih ternyata juga berperan dalam risiko stunting. Pasalnya, anak yang tumbuh lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak cenderung mudah terkena penyakit.
Ditambah lagi rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Pada akhirnya, infeksi berulang yang tidak tertangani ini bisa menghambat pertumbuhannya sampai berujung stunting.
8. Kurangnya akses ke layanan kesehatan
Menurut jurnal ilmiah berjudul Stunting and associated factors in children of less than five years: A hospital-based study yang dipublikasikan di Pakistan Journal of Medical Sciences, ada banyak kombinasi faktor yang menyebabkan stunting. Kesehatan ibu yang buruk adalah faktor yang tidak bisa dianggap remeh.
Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang memadai, termasuk pemeriksaan rutin, imunisasi, dan perawatan kesehatan anak, dapat menghambat deteksi dan penanganan dini terhadap masalah pertumbuhan anak.
9. Kehamilan tidak sehat
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi dalam kandungan mengalami pertumbuhan yang terhambat sejak dalam kandungan. Bayi yang lahir dengan berat rendah atau tidak optimal, berisiko lebih tinggi untuk mengalami stunting.
10. Pemberian ASI yang tidak eksklusif
ASI memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan penting untuk pertumbuhan optimal. Terkadang, pada beberapa situasi, tidak cukupnya asupan ASI dalam periode enam bulan pertama kehidupan dapat menyebabkan kekurangan nutrisi pada bayi.
11. Kurangnya edukasi terhadap masalah gizi
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang gizi yang baik dan penting dalam pertumbuhan anak, dapat menyebabkan praktik makan yang tidak sehat dan tidak memadai. Kondisi inilah yang bisa menyebabkan pada stunting anak.
Faktor Risiko Stunting
Apa saja faktor penyebab terjadinya stunting? Adapun beberapa kondisi orang tua yang meningkatkan risiko stunting pada anak, termasuk:
- Intrauterine growth restriction (IUGR), yaitu terhambatnya pertumbuhan janin di dalam kandungan akibat kekurangan nutrisi dalam jangka panjang.
- Orang tua memiliki perawakan pendek.
- Berat badan stagnan selama kehamilan.
- Orang tua memiliki tingkat pendidikan rendah.
- Memberikan makanan pendamping ASI yang tidak berkualitas.
- Orang tua memiliki tingkat ekonomi rendah atau miskin.
- Tinggal di lingkungan dengan akses air bersih yang sulit didapatkan.
Sementara pada anak, risikonya semakin tinggi jika:
- Ditelantarkan oleh orang tua.
- Tidak mendapatkan ASI eksklusif.
- Pengidap penyakit TBC, anemia dan penyakit jantung bawaan.
Ciri-Ciri Anak Stunting
Ciri-ciri anak stunting ditandai dengan postur tubuh pendek dan jauh berbeda dengan anak seusianya. Beberapa gejala lainnya, termasuk:
- Berat badan anak lebih rendah ketimbang anak seusianya.
- Pertumbuhan tulang terhambat, sehingga tulang tampak lebih pendek.
- Mudah terpapar penyakit.
- Mengalami gangguan belajar, seperti kurang fokus atau nilai yang rendah.
- Mengalami gangguan tumbuh kembang, terutama dalam fisik.
Jika anak mengidap penyakit kronis (penyakit TBC, anemia dan penyakit jantung bawaan), gejala stunting bisa terlihat dari:
- Fisik yang kurang aktif bergerak.
- Mengalami batuk kronis, demam dan keringat berlebih di malam hari.
- Sianosis, yaitu tubuh anak berubah warna jadi kebiruan ketika menangis.
- Sering lemas dan tampak tak bertenaga.
- Sesak napas.
- Clubbing finger, yaitu ujung jari atau kuku berbentuk seperti bagian belakang sendok (melebar dan menekuk).
- Bayi enggan disusui.
Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/stunting
Penulis : Joni Kasim
Editor : Firman Edi
Publish : Nora