• Wed. May 14th, 2025

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

Mengapa Kita Memiliki Terlalu Sedikit Pemimpin Wanita?

ByNora listiawati

Mar 12, 2025

Meskipun dunia telah mengalami banyak kemajuan dalam hal kesetaraan gender, kenyataannya hingga saat ini jumlah pemimpin wanita masih jauh lebih sedikit dibandingkan pria, terutama dalam posisi puncak seperti CEO, direktur utama, pejabat tinggi pemerintahan, atau pemimpin politik. Ketimpangan ini bukan karena wanita kurang mampu atau kurang ambisius, tetapi karena ada sejumlah hambatan sistemik, budaya, dan struktural yang selama ini membatasi ruang gerak dan peluang mereka.

Salah satu penyebab utama adalah norma dan stereotip gender yang telah tertanam dalam masyarakat selama bertahun-tahun. Masih banyak anggapan bahwa pemimpin yang “ideal” harus tegas, keras, dan dominan—karakteristik yang seringkali secara keliru lebih dikaitkan dengan pria. Sebaliknya, wanita sering dipersepsikan sebagai lemah lembut, emosional, atau terlalu “peduli”, yang dianggap kurang cocok untuk posisi strategis dan penuh tekanan. Pandangan seperti ini membuat banyak wanita harus bekerja dua kali lebih keras untuk membuktikan kompetensi mereka, bahkan di lingkungan kerja yang katanya modern sekalipun.

Selain itu, ketimpangan kesempatan juga berperan besar. Banyak organisasi tidak secara aktif menciptakan jalur kepemimpinan yang inklusif. Wanita lebih jarang diberi proyek strategis atau posisi yang mempercepat promosi. Di sisi lain, beban ganda sebagai pekerja dan pengurus rumah tangga juga kerap menjadi penghalang. Banyak wanita terpaksa mengorbankan karier mereka karena kurangnya dukungan terhadap peran ganda yang mereka emban—seperti fleksibilitas waktu kerja, akses ke fasilitas pengasuhan anak, atau kebijakan cuti yang setara.

Budaya kerja yang tidak ramah terhadap kesetaraan juga menjadi tantangan. Ketimpangan upah, pelecehan di tempat kerja, dan minimnya role model wanita dalam posisi tinggi membuat banyak wanita merasa terhambat untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan ketika wanita berhasil mencapai posisi puncak, mereka sering kali diawasi lebih ketat dan dihakimi lebih keras daripada rekan pria mereka.

Namun, kenyataan ini bukan tanpa harapan. Banyak studi menunjukkan bahwa tim yang dipimpin oleh wanita atau memiliki keberagaman gender cenderung lebih inovatif, etis, dan memiliki kinerja yang lebih baik. Dunia saat ini membutuhkan lebih banyak pemimpin wanita—bukan karena kuota, tapi karena keberagaman perspektif dan gaya kepemimpinan inklusif sangat penting untuk menghadapi tantangan global yang kompleks.