Berkendara di jalan raya bukan hanya soal bisa mengemudi, tapi juga tentang etika dan tanggung jawab. Setiap kali kita berada di balik kemudi, kita tidak hanya membawa kendaraan, tetapi juga potensi keselamatan — atau bahaya — bagi diri sendiri dan orang lain.
Sayangnya, masih banyak pengendara yang melakukan kebiasaan buruk tanpa menyadari dampak fatalnya. Berikut ini 10 kebiasaan berkendara yang harus segera ditinggalkan demi menciptakan jalan raya yang lebih aman dan nyaman untuk semua.
- Main Ponsel Saat Berkendara
Mengirim pesan, membuka GPS tanpa dudukan, atau sekadar cek notifikasi bisa mengalihkan perhatian dalam hitungan detik — dan itu cukup untuk menyebabkan kecelakaan. Gunakan hands-free atau berhenti di tempat aman jika benar-benar darurat.
- Tidak Menggunakan Lampu Sein
Mengganti jalur atau berbelok tanpa memberi isyarat adalah undangan untuk tabrakan. Ingat: sein itu bukan hiasan, tapi komunikasi visual yang penting di jalan raya.
- Ngebut di Jalan Umum
Kecepatan tinggi memang memacu adrenalin, tapi jalan raya bukan sirkuit balap. Ngebut membahayakan nyawa banyak orang dan membuat waktu reaksi sangat minim jika ada hal tak terduga.
- Serobot Lampu Merah
“Cuma sebentar, nggak ada polisi,” adalah alasan klasik. Padahal, lampu merah adalah sistem yang dirancang untuk mengatur alur kendaraan dan mencegah kecelakaan di persimpangan.
- Membuang Sampah Sembarangan dari Kendaraan
Bukan hanya mencemari lingkungan, tapi juga bisa membahayakan pengendara lain, terutama pengendara roda dua. Botol plastik atau sampah keras bisa menyebabkan selip atau kecelakaan.
- Mendengarkan Musik Terlalu Keras
Audio yang terlalu keras dapat menghalangi suara penting dari luar, seperti klakson, sirene ambulans, atau bahkan suara rem darurat. Berkendara butuh kesadaran penuh — termasuk pendengaran.
- Tidak Menggunakan Sabuk Pengaman
Meski terlihat sepele, sabuk pengaman adalah penyelamat nyawa dalam banyak kecelakaan. Banyak yang merasa terganggu atau malas memakainya, padahal dampaknya bisa fatal.
- Mengemudi dalam Keadaan Mengantuk atau Lelah
Mengantuk saat berkendara sama berbahayanya dengan mabuk. Reaksi tubuh melambat, konsentrasi menurun, dan risiko micro-sleep (tidur sesaat) meningkat drastis.
- Tidak Menghormati Pejalan Kaki dan Pesepeda
Pejalan kaki punya hak di zebra cross. Pesepeda juga butuh ruang aman di jalan. Sering kali, mereka diabaikan dan diperlakukan sebagai “pengganggu” lalu lintas. Ini bukan hanya soal hukum, tapi juga empati.
- Emosi dan Ego di Jalan (Road Rage)
Memotong jalur orang karena merasa tersinggung, membunyikan klakson berlebihan, atau sengaja menutup jalan — semua ini adalah bentuk emosi yang berbahaya. Jalan bukan tempat melampiaskan amarah.
Penutup: Jalan Raya, Cermin Etika Kita
Berkendara bukan cuma soal sampai tujuan, tapi bagaimana kita sampai ke sana. Jalan raya adalah ruang bersama. Saat kita menghormati aturan dan pengguna jalan lain, kita sedang membangun budaya berkendara yang lebih beradab dan manusiawi.
Mulailah dari diri sendiri. Hentikan kebiasaan buruk hari ini, sebelum terlambat.