• Tue. Jul 8th, 2025

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik Bag I

Bysusi susi

Jun 9, 2022

Kepri.polri.go.id – Estimasi Indonesia akan menjadi negara maju dinyatakan oleh McKinsey Global Institute. McKinsey menyatakan bahwa pada tahun 2030, GDP Indonesia bisa menempati urutan nomor 7 dunia. Hal tersebut ditunjang oleh peningkatan kelas menengah1 dari 45 juta orang pada tahun 2013 menjadi 135 juta orang pada tahun 2030. Dalam jangka panjang Indonesia on the right trackmenuju negara maju, namun dalam jangka pendek banyak terdapat permasalahan yang dapat menyebabkan target menjadi developed country sulit untuk direalisasikan.

Kendala utama yang dapat menghalangi target untuk menjadi negara maju yaitu terkait dengan penduduk sebagai subjek pembangunan. Titik fokusnya mengarah kepada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aktor utama dalam pembangunan. Kualitas SDM yang rendah dapat menyebabkan produktivitas dan daya saing bangsa secara keseluruhan ikut menurun.

Faktanya, SDM Indonesia belum terlalu unggul, salah satu tolok ukurnya yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari beberapa indikator. Secara umum, pada tahun 2015 Indonesia menempati urutan IPM ke-110 dari 188 negara, hal ini mengindikasikan kualitas SDM di Indonesia tergolong dalam kategori sedang (UNDP, 2015).

SDM yang berkualitas dapat diwujudkan dengan melakukan investasi pendidikan. Tuntutan peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan merupakan hal mutlak yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan mengingat pada tahun 2020- 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk (Adioetomo, 2005). Tanpa persiapan yang matang, penduduk produktif tersebut akan menjadi beban pemerintah karena akan menimbulkan pengangguran, kemiskinan, kesenjangan, dan kriminalitas.

Agar dalam jangka panjang beban pemerintah tidak bertambah, pendidikan (baik dasar, menengah, atas, dan tinggi) perlu ditingkatkan mutunya. Selain kualitas, karakter siswa agar menjadi generasi yang unggul juga perlu dibentuk sehingga siswa dapat berprestasi dan terhindar dari bentuk-bentuk kenakalan remaja yang memberikan dampak negatif.

Potret Kenakalan Remaja di Indonesia: Pornografi dan Seks Bebas

Kenakalan remaja dapat dimulai dari tindakan coba-coba yang kemudian bisa menimbulkan perilaku menyimpang. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi menentukan kadar kenakalan remaja yang diperbuat dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan. Menurut Elida Prayitno (2006: 8), tingkah laku negatif bukan merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, karena remaja yang berkembang positif akan memperlihatkan perilaku yang baik.

Beberapa literatur yang terkait dengan kenakalan remaja (Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan bahwa jenis kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Perbutaan tersebut dapat berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan di media masa.

Ruang lingkup dalam artikel ini akan difokuskan pada pornografi dan seks bebas. Beberapa jenis kenakalan yang dilakukan remaja antara lain: (1) siswa makin gemar menyimpan video porno, bahkan kerap mengunggahnya ke media sosial (Bali Post, 27 Februari 2015); dan (2) siswa kelas VII SMP 163 Pejaten tewas setelah terjatuh dari lantai 4 gedung sekolah karena berniat menghindari razia ponsel (Liputan 6, 10 Oktober 2014).

Berdasarkan survey Synovate Research tentang perilaku seksual remaja (15-24 tahun) di Kota Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan hasilnya 44% responden mengaku sudah punya pengalaman seks pada umur 16-18 tahun, serta 16% sudah mempunyai pengalaman seks pada umur 13-15 tahun, selain itu 40% tempat yang menjadi favoritnya adalah di rumah, 26% dilakukan di rumah kos, dan 26% dilakukan di hotel.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan warung internet (warnet) di Indonesia. Ironisnya dengan menjamurnya warnet, tidak dapat dimanfaatkan oleh sebagian besar remaja untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Saat ini, warnet (terutama yang memiliki bilik atau semi tertutup) menjadi salah satu tempat untuk mengakses pornografi dan melakukan aktivitas yang mengarah kepada aktivitas seks bebas.

Penulis             :  Joni Kasim

Editor              : Nora Listiawati

Publish            : Joni Kasim