Tanggal 20 Maret 2025 diperingati sebagai Hari Dongeng Sedunia kita akan membahas salah satu dongeng terpopuler sepanjang masa yaitu Dongeng Cinderella dikenal luas sebagai kisah klasik yang telah menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia. Cerita tentang gadis sederhana yang mengalami keajaiban dan akhirnya menemukan kebahagiaan ini telah menjadi simbol harapan dan keajaiban dalam dunia dongeng. Dikenal dengan berbagai nama dan versi di banyak negara, Cinderella dianggap sebagai dongeng paling populer sepanjang masa, melampaui batas budaya dan generasi.
Kisah Cinderella pertama kali dipopulerkan di Eropa oleh Charles Perrault pada tahun 1697, dalam bukunya “Histoires ou contes du temps passé”. Namun, versi paling gelap dan kaya akan simbolisme juga muncul dalam karya Grimm Bersaudara pada abad ke-19. Dalam kedua versi, inti ceritanya sama: seorang gadis baik hati yang hidup bersama ibu tiri dan dua saudara tirinya yang kejam. Berkat bantuan peri (atau roh ibu dalam versi Grimm), ia dapat pergi ke pesta kerajaan dan bertemu dengan pangeran yang jatuh cinta padanya. Sepatu kaca yang tertinggal menjadi kunci pertemuan kembali mereka dan awal dari kehidupan baru yang bahagia.
Cerita Cinderella bukan hanya milik Eropa. Versi serupa juga muncul dalam budaya lain, seperti “Ye Xian” dari Tiongkok (sekitar abad ke-9), atau kisah Rhodopis dari Mesir Kuno. Di Indonesia, dongeng “Bawang Putih dan Bawang Merah” memiliki alur cerita yang mirip, menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam lingkup keluarga. Keberadaan kisah-kisah ini di berbagai belahan dunia menunjukkan daya tarik universal dari tema perjuangan, harapan, dan keajaiban.
Tak heran jika Cinderella telah diadaptasi menjadi berbagai bentuk media, mulai dari film animasi Disney tahun 1950 yang legendaris, film live-action, musikal Broadway, hingga pertunjukan balet. Pesan moral yang kuat, yaitu bahwa kebaikan hati dan kesabaran akan berbuah manis, menjadikan Cinderella lebih dari sekadar dongeng—ia adalah cerita abadi yang terus menginspirasi.