Semboyan Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14, di masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut, istilah ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dalam keberagaman, terutama dalam konteks perbedaan kepercayaan antara Hindu dan Buddha yang tetap hidup berdampingan secara harmonis.
Makna Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”, kemudian diadopsi sebagai semboyan nasional Indonesia karena mencerminkan kondisi bangsa yang terdiri dari berbagai suku, budaya, bahasa, dan agama. Pada masa perumusan dasar negara di tahun 1945, para pendiri bangsa menjadikan semboyan ini sebagai simbol persatuan. Akhirnya, Bhinneka Tunggal Ika resmi ditetapkan sebagai semboyan Indonesia dan tercantum dalam lambang negara Garuda Pancasila.
Semboyan ini menjadi pengingat bahwa meskipun Indonesia memiliki banyak perbedaan, persatuan tetap menjadi kekuatan utama dalam membangun bangsa yang kokoh dan harmonis.