pid.kepri.polri.go.id Indonesia, merupakan negara paling padat ke empat di dunia setelah Amerika Serikat. Jumlah Populasi penduduk Indonesia terdiri dari 276 Juta jiwa Penduduk. Hal ini membuat Indonesia berpotensi memiliki kekayaan sumber daya manusia jika dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Di sisi lain, populasi penduduk Indonesia yang sekian banyaknya juga menimbulkan kepadatan penduduk yang besar. Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap aspek kesehatan masyarakatnya. Menurut Hardianto (2020) dalam Rujak: Center Of Urban Studies, Kepadatan penduduk dan persebaran penyakit memiliki hubungan meskipun memiliki pengaruh yang kecil. Hal ini menjadi yang sesuatu yang riskan. Terbukti dari wabah covid-19 yang menyebar dengan sangat cepat dan menimbulkan korban yang banyak.
Resiko ancaman penyakit pada masyarakat Indonesia tidak hanya pada penyakit wabah. Berdasarkan survei yang dilakukal GATS (Global Adult Tobacco Survey) jumlah perokok di Indonesia mengalami peningkatan yang besar. Pada tahun 2011, jumlah perokok ada sebanayak 60,3 juta orang dan pada 2021 meningkat signifikan menjadi 69,1 juta orang. Juga pada perokok elektrik yang naik 10 kali lipat. Hal ini juga berdampak pada bertambahnya prevalensi perokok pasif yang menjadi 120 juta orang. Merokok merupakan tingkah laku yang kompleks, hal ini karena perilaku merokok adalah hasil interaksi dari aspek kognitif, psikologis, Conditioning, kondisi fisiologis dan lingkungan sosial. Menurut Sari, dkk (2003) jika ditinjau dari aspek sosial, sebagian besar perokok memulai perilaku merokok karena terpengaruh orang-orang di sekitarnya. Sedangkan secara psikologis, alasan sebagian besar perokok terus melakukan aktivitas merokok adalah untuk kebutuhan relaksasi. Dari semua alasan-alasan tersebut, setelah merokok, hampir dapat dipastikan bahwa perokok akan mendapati perasaan menyenangkan dan menimbulkan hasrat untuk melakukannya kembali.
Rokok memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, perilaku merokok dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kanker mulut, tenggorokan, dan kanker lainnya. Asap rokok juga menimbulkan banyak penyakit, diantaranya Kanker Paru-paru, asma, tuberkolosis, diabetes, demensia, dan masih banyak lagi. Rokok juga menimbulkan efek adiktif atau ketergantungan dan menyebabkan pusing-pusing, mudah gugup, lesu, sakit kepala, dan perasaan cemas. Hardinge, dkk. (2001) mengemukakan bahwa merokok adalah sebuah perilaku atau pola hidup yang tidak sehat. Ditambah dengan penelitian yang dilakukan oleh White & Watt (1981) yang hasilnya menyatakan bahwa seorang yang merokok 1 sampai 9 batang dalam sehari akan mengalamai pemendekan umur sampai 5,5 tahun. Dilansir dari Website Universitas Indonesia dalam Artikel “KTR: Upaya UI Kurangi Perokok di Kampus”, disebutkan bahwa setiap tahunnya rokok menyebabkan 7 juta manusia meninggal dunia dan diperkirakan akan terjadi peningkatan kematian akibat perilaku merokok hingga 10 juta jiwa dan 70% di antaranya berasal dari negara berkembang.
Dengan sekian jumlah kepadatan penduduk Indonesia dan jumlah perokok di Indonesia yang semakin meningkat, tentunya hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Dampak buruk dari perilaku merokok tidak hanya akan dialami oleh perokok, tetapi juga pada orang-orang di sekitar perokok yang juga menghirup asap rokok atau disebut juga sebagai perokok pasif. Tubuh dari seorang perokok pasif secara tidak langsung akan menerima zat-zat berbahaya dari asap rokok yang terhirupnya. Hal ini kerap kali terjadi di tempat umum seperti di Terminal, Transportasi Umum, dan sebagainya. Atas hal tersebut, di masa ini sudah banyak sekali ditemukan fasilitas area merokok di berbagai tempat umum. Akan tetapi, hal tersebut tidak menghapus perilaku merokok sembarangan di tempat umum. Ketika hal tersebut masih sering terjadi, secara langsung, lingkungan hidup bagi masyarakat akan terganggu, khususnya kebersihan udara yang tercemar oleh asap-asap rokok.
Ironisnya, di area kampus perguruan tinggi pun masih sering kali ditemukan para perokoknya yang merokok tidak pada tempatnya meskipun sudah difasilitasi dengan Kawasan Merokok atau Smoking Area. Atas hal tersebut, maka perlulah ditingkatkan kembali sosialisasi mengenai empati dan perilaku merokok di tempat umum agar terciptanya kesadaran akan kondisi dan keadaan orang lain demi terciptanya kesehatan lingkungan yang baik
penulis : Firman Edi
Editor : Nora Listiawati
Publisher : Roy Dwi Oktaviandi