• Wed. Oct 9th, 2024

PID Polda Kepri

Pengelola Informasi & Dokumentasi Polri

11. Sejarah Proklamasi Indonesia, Jangan Butakan Generasi Muda terhadap Sejarah Bangsanya Sendiri!

ByNora listiawati

Aug 22, 2022

pid.kepri.polri.go.id Semarak Ulang Tahun Negara Republik Indonesia ke-77, tentu seluruh masyarakat di Indonesia dengan suka ria dan penuh suka cita menyambut hari yang penuh dengan makna sejarah ini. Berbagai parade, perayaan, dan ceremoni digelar guna memeriahkan hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan negara Indonesia yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Berbagai perayaan seperti lomba olahraga lokal pun digelar oleh masing-masing kelompok masyarakat mulai dari olahraga tradisional hingga modern. Namun sebelum kita larut dalam kemeriahan Hari Ulang Tahun Negara Republik Indonesi ake-77, mari kita mengingat kembali ringkasan sejarah negara Indonesia dalam perjuangan menuju negara merdeka yang pada akhirnya mampu mengumandangkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 yang lalu.

 

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilakukan pada hari Jumat pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan langsung oleh Bapak Proklamator Indonesia atau Presiden Pertama Republik Indonesia  yaitu Ir. Soekarno dan didampingi oleh sang Wakil Presiden yakni Drs. Mohammad Hatta bertempat di sebuah rumah kecil tepatnya di jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Tanggal tersebut menjadi sebuah titik balik perjuangan Indonesia dalam mempertahankan dan mempertahankan harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dari segala macam bentuk penjajahan dari negara asing. Latar belakang pembacaan teks proklamasi, dimulai atas penyerahan Jepang terhadap sekutu. Di mana sebelumnya Jepang pada tahun 1944 telah mengumumkan bahwa Hindia Timur yakni Indonesia, diperbolehkan merdeka di kemudian hari.

Pengemuman tersebut dilakukan karena tentara Jepang sudah semakin terdesak, bahkan Kepulauan Saipan juga berhasil direbut dari Jepang. Atas dasar itulah, pada tahun 1945 dibentuklah secara resmi Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Tujuan dari dibentuknya dua badan tersebut tak lain untuk menarik minat dan simpati  rakyat Indonesia agar mau membantu Jepang melawan sekutu.

Namun semua tujuan itu tak berbuah apa-apa, alih-alih mendapatkan bantuan Jepang yang terlibat dalam peristiwa perang Pasifik, justru dibombardir pada tanggal 6 Agustus 1945 tepatnya di Kota Hirosima, dan bom kedua dijatuhkan di Kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Peristiwa tersebut membuat sekitar 14.000 penduduk Jepang menjadi korban dan akhirnya mereka menyerah dan mengakui kekalahan atas sekutu. Setelah luluh-lantahnya Jepang akibat peristiwa tersebut, Jepang pun menjanjikan pemberian status sebagai negara merdeka pada tanggal 24 Agustus 1945.

 

Pasca pernyataan tersebut, muncullah berbagai macam kontroversial. Salah satunya pihak golongan muda tak menginginkan kemerdekaan dilakukan oleh PPKI karena mereka menilai bahwa PPKI merupakan badan bentukkan Jepang. Singkat cerita, pihak golongan muda yang diisi oleh nama-nama seperti Sutan Syahrir menginginkan kemerdekaan harus diperoleh melalui perjuangan mereka sendiri. Selang beberap awaktu, rapat resmi dilangsungkan di Pegangsaan Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945 yang dihadiri oleh Djohar Nur, Subianto, Armansyah, Chaerul Saleh, Kusnandar, Wikana, Margono, dan Subadio.

 

Hasil dari pertemuan tersebut memutuskan bahwa, kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat seutuhnya dan tak perlu menggantungkan diri terhadap pihak lain. Walau keputusan sudah ditetapkan, mereka yang masuk dalam golongan tua tetap bersikeras bahwa kemerdekaan harus di kumandangkan melalui peran PPKI. Sehingga pada akhirnya golongan muda terpaksa membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, salah satu daerah di Kabupaten Karawang. Alasan mengapa golongan muda memilih membawa Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan di luar Jakarta adalah untuk menghindari pengaruh dari Jepang. Pengamanan pada saat itu, dibantu oleh para tentara PETA. Rencana semula pasca telah disahkan dan ditetapkannya pembacaan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada awalnya, rakyat dan para tentara Jepang mengira bahwa pembacaan teks tersebut dilakukan di Lapangan Ikada.

Bahkan atas asumsi tersebut, tentara Jepang telah berinisiatif untuk memblokade Lapangan Ikada terlebih dahulu sebelum pembacaan proklamasi kemerdekaan itu terjadi. Pemimpin barusan pelopor Sudiro yang hadir di Lapangan Ikada pada saat itu segera mengabarkan situasi yang terjadi kepada Muwardi selaku kepala keamanaan Soekarno. Pada akhirnya, para pemimpin bangsa dan tokoh pemuda sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan pun akhirnya dilaksanakan di sebuah rumah yang berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.

Perlu diketahui bersama bahwa rumah tersebut merupakan hibah yang diberikan kepada presiden Soekarno oleh seorang saudagar keturunan Arab-Indonesia yang bernama Syekh Faraj bin Martha. Faraj bin Said bin Awadh Martak atau dikenal Faraj Martak merupakan salah seorang yang berjasa menyediakan dan menghibahkan tempat demi suksesnya proses pelaksanaan pembacaan teks proklamasi oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 atau lebih luas ia telah berjasa dalam menyukseskan kepentingan Bangsa Indonesia agar dapat menjadi bangsa yang merdeka dari para penjajah pada saat itu. Bersamaan dengan terjadinya peristiwa bersejarah tersebut, maka pertama kalinya pula bendera resmi Negara Indonesia dijahit oleh tangan dari istri presiden Soekarno yakni Ibu Fatmawati. Tak hanya itu, teks proklamasi pun juga resmi diketik di Ruang Pengetikkan Teks Proklamasi oleh Sayuti Melik.

 

Setelah siap, teks proklamasi pun segera dibawa untuk secara resmi ditandatangani dan disahkan oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta atas nama Bangsa Indonesia.

 

 

Dari proses panjang perjuangan para tokoh, pahlawan, ulama, akademisi, pekerja, hingga seluruh pejuang bersama masyarakat Indonesia. Kita dapat memetik pelajaran berharga dari proses memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia bahwa sejatinya setiap masyarakat baik apapaun latar belakangnya, bagaimanapun kondisi kehidupannya, serta perbedaan lain seperti status sosial, generasi, ekonomi, agama, suku, hingga budaya sekalipun tak ada alasan untuk tak berjuang memberikan yang terbaik untuk bangsa dna negara. Giat belajar dan senantiasa berani memperkuat dan meningkatkan kualitas diri dalam misi menghadapi segala tantangan dan perubahan zaman adalah salah satu perjuangan yang tak dapat dianggap remeh oleh siapapun. Semoga dengan momen Hari Kemerdekaan Negara Indonesia ke-77 tahun 2022 dapat menjadi motivasi dan surplus semangat dalam mewujudkan Negara Indonesia menjadi bangsa yang tangguh, mandiri, dan sejahtera dari segala aspek. Selamat Ulang Tahun Negara Indonesia ke-77 bersama kita kuat dan tangguh!!! ( sumber www.kompasiana.com/bangardi)

 

penulis : Firman Edi

Editor : Nora Listiawati

Publisher : Roy Dwi Oktaviandi